17 Agustus - Satu Tahun yang Lalu

 

 

17 Agustus, tepat satu tahun yang lalu. Di Masjid Ulul Albab UNJ, aku bertaaruf dengannya.

Aku ditemani murobbiyahku dan dia bersama perantaranya. Saat aku sampai di masjid itu, dia sudah menunggu. Di balik tiang masjid, ia bersandar.

"Bang Djayus belum datang." Katanya singkat tanpa sedikitpun melihat aku.

"Ya." Jawabku lebih singkat lagi.

Sambil menunggu, aku memakan bekal yang sudah aku bawa dari rumah. Entah, sama sekali tidak ada rasa deg-degan. Biasa saja. Setenang malam, sesepi masjid ini kala 17 Agustusan, itu yang aku rasakan.

"Maaf ya, ane telat. Nganter istri dulu tadi." Kata bang Djayus seraya memberi sekantong makanan dan minuman untuk meredam ketegangan yang mungkin nanti terjadi.

 

Akhirnya, tanpa kain pembatas, kami duduk berhadapan. Saat itu jarak kami mungkin 3-4 meter. Mengapa tidak pakai pembatas? Karena saat itu juga ada nazor, dimana seorang laki-laki diperbolehkan untuk melihat calon istrinya agar timbul kemantapan hati.

Sesekali aku memandang sesosok laki-laki di seberang. Dia yang sedikit-sedikit minum membuat aku menahan tawa. "gerogi banget kayaknya nih orang" batinku.

"Afwan ya, ane minum mulu. Ane gerogi, nggak biasa deket perempuan soalnya." Katanya menerangkan pada kami semua.

"Ane juga dulu gerogi banget, bahkan sampe nggak bisa ngomong apa-apa. Ente mending masih bisa ngomong." Sahut Bang Djayus yang mengundang gelak tawa kami semua.

Tanpa berlama-lama, momen ta'aruf pun dibuka. Tapi... ada satu adegan tak terduga sebagai pembuka ta'aruf ini. Di hadapanku, dia melantunkan hafalannya; Beberapa ayat dari surah Al-Ahzab. Aku menyimak bacaannya sambil melihat mushaf.

Usai tasmi' hafalan Qur'an, sesi tanya jawab dimulai.

"Kenapa Bang Ari pilih ane, bang? Memangnya Bang Ari yakin sama ane? Ane cuma khawatir, bang Ari tertarik sama ane hanya karena membaca tulisan-tulisan ane di facebook. Sebab bisa jadi ane nggak sebaik yang ane tuliskan." Tanya saya memulai.

Pertanyaan ini muncul sebab memang aku dan dia hampir tidak saling mengenal, kecuali sekadar tahu nama. Hampir tidak pernah saling berkomunikasi, kecuali dalam satu grup WA kepengurusan US SMKN 26. Hmm, pernah sesekali berkomunikasi pribadi karena bertanya tentang Imam Mahdi. Bicara langsung? Sama sekali belum pernah terjadi dialog langsung antara kami. Maka, hari ini, di momen ta'aruf inilah pertama kali kami saling bicara.

........

 

 

****

17 Agustus, satu tahun yang lalu...

Tidak banyak tanya antara aku dan kamu.

17 Agustus, satu tahun yang lalu...

 

Kamu langsung memutuskan untuk lanjut tanpa meminta waktu

 

17 Agustus, satu tahun yang lalu...

 

Aku pun mantap untuk mengiyakanmu jadi imamku

 

***

 

Hari ini, 17 Agustus 2015

 

Pernikahan kita sudah hampir memasuki usia 7 bulan.

Izinkan aku bertutur...

Yaa zauji...

Aku mencintaimu, tak perlu engkau ragu.

Sungguh, tak terbersit penyesalan telah memilihmu.

Justru aku bersyukur sebab Allah menganugerahkan suami seperti kamu.

Terimakasih telah membersamaiku...

Telah memilih aku untuk menjadi tulang rusukmu...

Terimakasih, atas curahan kasih sayang dan cinta yang kamu berikan.

Terimakasih, atas segala perhatian dan pengertianmu kepada aku.

Terimakasih, atas kerja kerasmu menafkahi aku, memenuhi kebutuhan dan keinginanku.
Terimakasih, atas nasihat dan bimbingan yang kamu berikan.

Suamiku...

Tuntun aku sampai surgaNya.

Agar kelak, di atas dipan-dipan kita memandangNya bersama.

Panjang perjalanan rumah tangga yang harus kita lalui...

Ketika nanti biduk ini mulai ditambah muatannya...

Oleh kehadiran anak-anak kita...

Maka, bantu aku agar mampu menjadi Ibu yang Terbaik untuk mereka.

Dampingi aku dalam lelah dan letihnya menjaga mereka.

Sebagaimana mimpi kita,

Bahwa dari rumah ini akan terlahir anak-anak yang akan memberikan bobot pada bumi ini dengan kalimat Laa ilaaha illallah.