Friday 1 August 2014

Peran Seorang Ayah di Rumah



Ketika melihat tulisan yang ada di botol Coca-Cola, "Ayah, kangen ingin ngobrol sama ayah lagi"
Rasanya hati teriris perih. Kasihan ya, kasihan anak-anak yang seakan-akan yatim padahal dia masih punya seorang ayah.
Dan beruntungnya aku, sebab aku masih punya seorang ayah dan benar-benar merasakan kasih sayang seorang ayah.

Ketahuilah laki-laki...
Peran Ayah bukan hanya mencari nafkah. Tugas Ayah bukan sekadar memastikan apakah hari ini anak-anak makan.
Semua di antara kita tahu, Ibu adalah madrasatul uula. Ibu adalah guru pertama bagi anaknya. Tapi...
Kita seringkali lupa, bahwa madrasah tak hanya butuh guru. Tapi madrasah juga butuh kepala sekolah. Kepala sekolah itulah yang kita sebut dengan ayah. Dan ketahuilah,
tugas kepala sekolah bukan hanya menggaji guru. Tapi kepala sekolah harus memastikan bahwa kegiatan belajar dan mengajar berjalan dengan baik.

Jika seorang Ibu mengajarkan dengan kelembutan, ayah mendidik dengan ketegasan. Itulah dua warna yang sangat diperlukan dalam pendidikan anak. Seorang anak perempuan, butuh interaksi yang cukup dengan seorang Ayah, agar ia tahu bagaimana ia harus bersikap dengan seorang laki-laki. Seorang anak laki-laki, butuh interaksi yang cukup dengan seorang Ayah, agar ia tahu bagaimana ia harus bersikap sebagai seorang laki-laki. Ayah yang hebat, akan membuat anak perempuannya berkeinginan, "Kalau aku besar nanti, aku ingin menikah dengan laki-laki seperti Ayah." Ayah yang hebat, akan membuat anak laki-lakinya berkeinginan, "Kalau aku besar nanti, aku ingin menjadi laki-laki yang seperti ayah."

Ayah itu...
Sangat penting.

Aku jadi ingat pada peristiwa masa kecilku.
Ketika aku menghadap Ayah dan bertanya, "Pak, kenapa nama aku cuma Suryani?!"
Sebuah protes yang terlontar dari seorang anak yang bosan diejek teman-teman sebab pendeknya nama yang dimilikinya.
Ayah menatapku dan berkata, "memang kenapa? Nama Suryani itu bagus. Surya itu Matahari. Ni itu Nan Indah. Suryani adalah Matahari Nan Indah. Bapak harap kamu akan menerangi rumah ini seperti matahari."

Anak kecil mana yang tidak senang mendengar jawaban semanis itu?
Dan kata-kata Ayah hari itu, selalu menjadi inspirasi buatku hari ini.

Apa kabarnya ayah ayah masa kini?
Yang menjawab pertanyaan anaknya saja seakan tak punya cukup waktu.
Atau mungkin yang lebiih menyedihkan ketika sisa waktu di rumah pun, Ayah habiskan di depan TV atau gadget.
Padahal masa anak-anak adalah masa dimana ia punya sejuta tanda tanya di kepala.
Masa dimana anak sangat percaya apa yang dikatakan Ayah dan Ibunya.
Masa dimana perilaku Ayah dan Ibu adalah teladan baginya.

"Bu guru, semalam Ayah sama Ibuku bertengkar."

Miris ya dengar kalimat ini terlontar dengan polosnya dari mulut seorang anak TK.
Tapi... kenyataannya, ada yang seperti itu.

Ayah...
Sapalah anakmu, selelah apapun engkau pulang bekerja.
Jawablah pertanyaan anakmu, sesepele apapun pertanyaannya.
Ajarilah ia, sesedikit apapun sisa waktu yang engkau punya.

Seorang anak...
Tak sekadar butuh uangmu Ayah. Tapi seorang anak juga butuh merasakan cinta dan kasih sayang seorang ayah.

Hei.
Jika engkau seorang laki-laki, masih muda, sekalipun belum menikah.
Catat baik-baik! Jika hari ini engkau berperilaku seenaknya, menghabiskan masa muda tanpa hal yang bermutu.
Kelak, mungkin ada seorang anak dengan polosnya bertanya, "Ayah, bagaimana masa muda ayah dahulu?"
Apatah yang hendak engkau jelaskan pada anakmu?
Maka, persepsikanlah sejak dini, "wahai diri, engkau adalah calon ayah!"


Saya doakan...
Semoga negeri ini...
Tak lagi kehilangan sosok ayah dalam rumahnya.

aamiin :)

No comments:

Post a Comment