Ini bukan puisi. Bukan pula kumpulan kata-kata indah. Ini hanya sederet kisah yang aku alami beberapa hari yang lalu.
Kutulis di malam hari. Saat tubuh telah kurebah di atas tempat tidur. Tak kutunggu esok tuk menuliskan ini. Sebab bisa jadi, tak kembali ruh ke jasad ini saat pagi menjelang.
Kau tahu?
Aku baru saja ditampar. Bukan dengan tangan. Tapi dengan lisan seseorang.
Kau tahu?
Aku bahagia sekali mendapat tamparan itu. Sebab, sungguh, baru kali ini, terulang lagi, ada orang yang menasihatiku. Aku rindu nasihat. Aku rindu 'tamparan'. Aku rindu 'pecutan'. Sungguh, buatku, orang yang mencintaiku adalah dia yang mau meluruskanku di kala aku salah. Bukan dia uang membenarkan kesalahan-kesalahanku. Bukan dia yang setiap saat memujiku, meninggikanku, sesuatu yang seringkali buat ku lupa diri bahwa aku hanya seorang akhawat biasa. Dia yang berani mengatakan celaku, menasihatiku, dia yang sadarkan aku bahwa aku punya banyak kekurangan, dia yang menyemangatiku untuk berubah.
Suatu ketika..
Saat aku sedang beristirahat sejenak untuk santap siang setelah lelah melakukan perjalanan dari jakarta menuju stasiun bogor.
Hpku bergetar tanda ada panggilan masuk.
Dari seberang sana terlontarlah sebuah tanya.
"Assalamu'alaikum mba suryani. Apa kabar?"
"Wa'alaikumussalam mba. Alhamdulillah, baik mba."
"Bagaimana tilawahnya? Sudah kelar 1 juz?"
Berat ku jawab: "hmm maaf mba... belum kelar."
"Sudah berapa lembar?" Selidiknya lagi.
Makin berat ku jawab: "eeeemmm kurang lebih 3 lembar."
Nada bicara seseorang di seberang sana makin serius. Aku yang mendengar makin tegang. Tiba-tiba aku bagaikan berada di sebuah pengadilan, duduk di kursi terdakwa, menahan detak jantung yang tak karuan menunggu putusan hakim.
"Mba Suryani...kenapa bisa jam segini belum kelar tilawah?"
Aku habis kata-kata... tak terlintas banyak kosakata di kepala. Sebab saat itu bisa bernapas saja sudah syukur, aku tegang luar biasa. Hingga ku jawab, "maaf mba..aku nggak sempet. Lagi sibuk banget."
Astaghfirullah, saya tahu itu jawaban yang sungguh sangat lancang dan tak pantas untuk dicatat malaikat.
Habislah saya.
"Seharusnya mbak bisa bagi waktu! Mbak, saya ini juga sibuk. Saya sudah berkeluarga. Saya punya anak. Dan saya juga harus isi ceramah disana sini. Tapi saya tetap bisa menyelesaikan tilawah 1 juz saya! Kita kan mulai membaca ba'da ashar, seharusnya 1juz itu bisa kelar jika di cicil. Mbak, mbak ikut odoj itu hanya sebagai motivasi. Sekarang saya kasih waktu buat mbak menyelesaikan juz mba. Saya tunggu laporannya."
Lemas kujawab, "iya mba."
"Ohya, memang mbak kuliah atau kerja?"
"Kuliah"
"Jurusan apa?"
Rasanya aku sangat malu mengakui kalau ternyata orang baru ditegurnya ini adalah seorang mahasiswi ma'had jurusan komunikasi dan penyiaran islam.
Tapi akhirnya ku jawab pertanyaan itu dengan jujur.
Tak perlu dikeramasi lagi dengan kata-katanya, aku sudah tertunduk malu. Malu sekali.
Tak panjang pembicaraan setelah itu, selesailah pembicaraan kami di telepon.
Suaranya tak lagi terdengar, tapi terngiang-ngiang.
Tiba-tiba... lintasan-lintasan kebaikanNya kepadaku melintas bagai tayangan video yang diputar. Untuk segala doa yang terlalu sering diijabah olehNya, untuk segala jalan kemudahan yang dibukakan olehNya. Untuk segenap pertolonganNya. Dan kemurahanNya dalam menyingkirkan semua aral melintang di hadapanku. Bukankah kalau ada orang yang paling harus bersyukur itulah aku orangnya? Lantas apa yang telah kulakukan selama ini? Mengapa untuk meluangkan waktu sejenak tuk membaca Al-qur'an saja aku masih banyak beralasan? Bahkan kubilang aku tak sempat. Dimana cinta yang sering aku gaungkan?
Sejak teguran itu...
Aku mulai tersadar.
Qur'an adalah surat surat cinta dariNya...
Kedekatanmu dengan Al-Qur'an akan mengantarkanmu menuju kedekatan dengan Allah. Jika berat diri kita tuk membaca Qur'an, itu tanda kita sedang lemah iman. Sebab orang orang yg beriman pasti dekat dengan Qur'an.
Jangan pernah lewati satu haripun tanpa membaca Al;Qur'an. Sebab hati itu bisa berkarat sebagaimana besi berkarat dan bersihnya hati itu adalah dengan membaca Al-Qur'an.
Jangan sok sibuk. Jangan malas. Jangan bosan.
Sebab Allah saja tak pernah sok sibuk pada kita. Allah tak pernah malas tuk mendengarkab keluh kesah kita dalam doa. Allah tak pernah bosan mengurus diri kita.
Selemah, semalas, sesibuk apapun kita...
Paksakanlah untuk membaca Al-Qur'an. Paksakanlah untuk membaca Al-Qur'an. Sebab tak ada alasan yang pantas untuk kita ajukan pada Allah untuk melalaikan Al;Qur'an. Sungguh, orang-orang yang melalaikan Al-Qur'an adalah orang-orang yang berada dalam kerugian. Kerugian.
Bersahabatlah dengan Al-Qur'an...
Sebab ia adalah teman yang tak pernah menyesatkan bahkan kelak ia akan memberi syafaat pada orang orang yang menjadikannya sahabat.
Suryani
6 juli 2014
No comments:
Post a Comment