Friday 1 August 2014

Perang Qainuqa'

Temen-temen tahu perang qainuqa?

 Ini adalah perang yang terjadi karena dilatari dengan pengkhianatan kaum Yahudi terhadap kaum muslimin. Ini pengkhianatan pertama kaum yahudi terhadap kaum muslimin di zaman Rasulullah saw.

Pulang dari Badar, kaum muslimin mengusung kemenangan telak. Rupanya, Yahudi meradang. Dengki bukan kepalang. Wiiih.

Suatu ketika, setelah peristiwa badar, Rasulullah saw mengumpulkan bani Qainuqa' di pasar Qainuqa', kemudian berkata, "wahai kaum Yahudi, takutlah kalian kepada murka Allah yang pernah ditimpakanNya kepada kaum Quraisy.Masuklah kalian ke dalam islam karena sesungguhnya kalian telah mengetahui bahwa aku adalah Nabi yang diutus Allah, sebagaimana kalian dapati di dalam kitab kalian dan janji Allah kepada kalian!”.

Lantas apa jawab mereka? Perhatikanlah, betapa aroma kedengkian dan kecongkakan itu tercium begitu menyengat dari ucapan mereka; “Wahai Muhammad, apakah kamu mengira kami ini seperti kaummu? janganlah kamu membanggakan kemenangan terhadap suatu kaum yang tidak mengerti ilmu peperangan. Demi Allah, seandainya kami yang kamu hadapi dalam peperangan, niscaya kamu akan mengetahui siapa sebenarnya kami ini!”

Ibarat api yang membakar, kedengkian ini mulai mengeluarkan asapnya. Suatu ketika, seorang wanita Arab datang membawa perhiasannya ke tempat perdagangan Yahudi Bani Qainuqa’. Ia mendatangi seorang tukang sepuh untuk menyepuh perhiasannya. Ia kemudian duduk menunggu sampai tukang sepuh Yahudi menyelesaikan pekerjaannya. Tiba-tiba datanglah beberapa orang Yahudi berkerumun mengelilinginya dan meminta kepada wanita Arab itu supaya membuka penutup mukanya, tetapi ia menolak. Tanpa diketahui oleh wanita Arab itu, secara diam-diam si tukang sepuh itu menyangkutkan ujung pakaian yang menutup seluruh bagian tubuhnya pada bagian punggungnya.

Ketika wanita itu berdiri, terbukalah aurat bagian belakangnya. Orang Yahudi yang melihatnya tertawa terbahak-bahak. Wanita itu menjerit minta pertolongan. Mendengar teriakan itu, salah seorang dari kaum muslimin yang berada di tempat perniagaan itu secara kilat menyerang tukang sepuh Yahudi dan membunuhnya. Orang-orang Yahudi yang berada di tempat itu kemudian mengeroyoknya hingga orang muslim itu pun mati terbunuh. Tindakan orang Yahudi yang membunuh orang Muslim itu menyebabkan kemarahan kaum Muslimin sehingga terjadilah peperangan antara kaum Muslimin dan orang-orang Yahudi bani Qainuqa’. Dengan demikian, kaum Yahudilah yang pertama melanggar “perjanjian” yang diadakan di antara mereka dan Nabi shalallahu ‘alaihi wa salam.

Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam kemudian mengepung mereka selama beberapa hari hingga mereka menyerah dan menerima hukuman yang akan diputuskan oleh Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam. Setelah mereka berada di bawah kekuasaan beliau, datanglah Abdullah bin Ubay lalu berkata, “Hai Muhammad, perlakukanlah sahabatku dengan baik!”

Permintaan Abdullah bin Ubay tidak diindahkan oleh Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam. Abdullah bin Ubay mengulangi lagi permintaannya, tetapi beliau berpaling muka. Abdullah bin Ubay kemudian memasukkan tangannya ke dalam baju besi Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam. Wajah beliau tampak berubah kemudian menjawab, “Tinggalkan aku!”. Beliau tampak sangat marah hingga raut wajahnya tampak merah padam. Beliau kembali mengulangi ucapannya sambil memperlihatkan kemarahannya, “Celaka engkau. Tinggalkan aku!” Abdullah bin Ubay menyahut, “Tidak, demi Allah. Aku tidak akan melepaskan anda sebelum anda memperlakukan para sahabatku itu dengan baik. Empat ratus orang tanpa perisai dan tiga ratus orang bersenjata lengkap yang telah membelaku terhadap semua musuhku itu, apa hendak anda habisi nyawanya dalam sehari? Demi Allah, aku betul-betul mengkhawatirkan terjadinya bencana itu!” Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam akhirnya berkata, “mereka itu semua kuserahkan kepadamu dengan syarat mereka harus meninggalkan Madinah dan tidak boleh hidup berdekatan dengan kota ini.”

Orang-orang Yahudi bani Qainuqa’ itu akhirnya pergi meninggalkan Madinah menuju sebuah pedusunan bernama Adzra’at di daerah Syam. Belum berapa lama tinggal disana, sebagian besar dari mereka mati ditimpa bencana.


Sebagai seorang Muslim yang memiliki hubungan “persekutuan” dengan orang-orang Yahudi bani Qainuqa’, sebagaimana Abdullah bin Ubay, maka Ubadah bin Shamit pun  datang menemui Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam lalu berkata, “sesungguhnya, aku memberikan loyalitas (wala’) kepada Allah subhanahu wa ta’ala, RasulNya, dan kaum Muslimin dan aku melepaskan diriku dari ikatan persekutuan dengan orang-orang kafir tersebut.”

Sehubungan dengan kedua orang itu (Abdullah bin Ubay dan Ubadah bin Shamit) Allah menurunkan firmanNya,

“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil orang-orang Yahudi dan Nasrani menjadi pemimpin-pemimpin(mu); sebahagian mereka adalah pemimpin bagi sebahagian yang lain. Barangsiapa diantara kamu mengambil mereka menjadi pemimpin, maka sesungguhnya orang itu termasuk golongan mereka. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang zalim. Maka kamu akan melihat orang-orang yang ada penyakit dalam hatinya (orang-orang munafik) bersegera mendekati mereka (Yahudi dan Nasrani), seraya berkata: "Kami takut akan mendapat bencana". Mudah-mudahan Allah akan mendatangkan kemenangan (kepada Rasul-Nya), atau sesuatu keputusan dari sisi-Nya. Maka karena itu, mereka menjadi menyesal terhadap apa yang mereka rahasiakan dalam diri mereka.” (QS. Al-Maidah: 51-52)

No comments:

Post a Comment