Monday 24 March 2014

10 Tugas Murid, Disarikan dari Tazkiyatun Nafs-Sa'id Hawwa

Bismillah. Sebelum masuk bagian inti, saya mau cerita sedikit.
Tentang seseorang yang saat ini sedang menginspirasi saya.
Saya mengaguminya dalam sikapnya yang begitu dermawan membagi ilmu yang beliau punya.
Kalau beliau ikut seminar, talkshow, pelatihan, yang gak gratis, bahkan bayar berjuta-juta, beliau tetap rela memberikan oleh-oleh materi untuk kami, -muridnya. Dengan senang hati membagi ilmu yang baru didapatinya pada kami. Masya Allah, semoga Allah membalas kebaikannya :) dan semoga saya bisa meneladani kebaikannya tersebut.

Kebaikannya pada akhirnya menggerakkan saya untuk menulis catatan ini. Insya Allah saya ingin berbagi secuil ilmu yang baru saya dapet dari buku Tazkiyatun Nafs - Sa'id Hawwa. Semoga bisa di ambil manfaatnya, ya.

Sekelumit tentang buku ini. Awalnya, judul buku ini sering saya jumpai pada daftar referensi buku atau artikel yang saya baca-baca selama ini. Kutipan-kutipan dari buku ini yang saya temui di berbagai artikel dan buku, bagus dan menyentuh menurut saya. Kemudian, seorang dosen pernah membicarakan soal buku ini dan merekomendasikan kami untuk membacanya. 'bacalah. sangat bagus, membuat kita lebih tahu tentang hidup ini. Barakallahu Insya Allah." (kurang lebih kata-katanya gitu) Dosen yang satu ini memang begitu menekankan pada kami untuk dekat dengan buku. Untuk meluangkan waktu membaca buku. Beliau yang berasal dari Yordania pernah berkata,
"entahlah, orang Indonesia ini seakan ada jarak di antara antum dan perpustakaan." Beliau mengatakan bahwa setiap harinya beliau selalu meluangkan waktu untuk membaca. Eh, malah ngomongin dosen bukan buku. hehe, 'afwan. Setelah itu,  2 orang teman kuliah, ~Ibu-ibu yang pernah membaca buku itu pun, mengatakan bahwa buku karangan sa'id hawwa itu bagus-bagus, kata-katanya mengalir, menyentuh banget. Makin berhasratlah saya untuk memiliki buku ini. Eh btw, teman-teman kuliah saya itu banyak yang berusia lanjut. 60an ada. Tapi semangatnya menuntut ilmu, sungguh luar biasa dan menginspirasi. Jauh jarak antara rumah dan tempat kuliah, waktu yang tersita, kesibukan yang ada, uang yang mesti dikeluarkan, tak menyurutkan semangat mereka untuk menuntut ilmu. Kita yang masih muda, harusnya ngaca. No excuse, lah, kalau kata Isa alamsyah (suami Mba Asma Nadia). Akhirnya, saya bisa beli juga nih buku. Sejauh ini, harga buku ini paling mahal di antara buku-buku lain yang saya punya.

Dan maafkan saya, panjang bicara namun belum masuk materi juga. Bismillah mulai ya.

Jadi, dalam buku ini. Bab pertama adalah tentang adab guru dan murid.

Ada 10 Tugas murid:

1. Mendahulukan penyucian jiwa daripada akhlak yang hina dan sifat-sifat tercela karena ilmu merupakan ibadah hati, shalatnya jiwa, dan pendekatan batin kepada Allah.

Kita harus tahu, ilmu Allah itu bagai cahaya. Ia hanya akan masuk ke dalam hati-hati yang bersih. Sebagaimana cahaya matahari akan lebih mudah menembus kaca yang jernih daripada kaca yang penuh dengan debu. Maka, sebelum menuntut ilmu. Bersihkan hati kita. Luruskan niat.

2. Mengurangi keterikatannya dengan kesibukan dunia karena ikatan-ikatan itu hanya menyibukkan dan memalingkan

"Allah sekali-kali tidak menjadikan bagi seseorang dua buah hati dalam rongganya." (QS. Al-Ahzab: 4)

Ilmu tidak akan memberikan kepadamu sebagiannya sebelum kamu memberikan kepadanya seluruh jiwa kamu. Ya, harus ada satu waktu dimana kita FOKUS menuntut ilmu. Jangan biarkan pikiran bercabang. Pikiran yang bercabang kepada macam-macam perkara bagaikan sebuah sungai kecil yang airnya berpencar, sebagian diserap tanah serta sebagian dibawa oleh embusan angin hingga tidak ada air yang terkumpul dan sampai ke ladang.

3. Tidak sombong dan sewenang-wenang terhadap guru

Sungguh, 3 generasi terbaik, begitu menghormati gurunya. Ilmu itu enggan dari pelajar yang sombong, seperti banjir enggan terhadap tempat yang tinggi. Ilmu tidak didapat kecuali dengan sikap tawadhu dan mendengarkan.

4. Orang yang menekuni ilmu pada tahap awal harus menjaga diri dari mendengarkan perselisihan di antara banyak orang, baik ilmu yang ia tekuni itu termasuk ilmu dunia atau ilmu akhirat karena hal itu akan membingungkan akal pikirannya sendiri, mematahkan pendapatnya, da membuatnya berputus asa dari upaya pengkajian dan telaah yang mendalam. Seharusnya, seorang murid menguasai terlebih dahulu satu jalan yang terpuji dan diridhai, kemudian mendengarkan beragam mazhab atau pendapat.

So, orang baru belajar gak usah repot-repot nonton orang berilmu debat. Itu cuma bikin pemahaman kita yang seiprit jadi kocar-kacir.

5. Seorang penuntut ilmu tidak meninggalkan satu cabang pun dari ilmu-ilmu terpuji.
Sebaliknya, ia mempertimbangkannya matang-matang dan memperhatikan maksud dan tujuan ilmu kemudian jika ia diberi umur panjang maka ia memperdalamnya, jika tidak, maka ia cukup menekuni ilmu yang paling penting saja, Hal itu juga diperlukan karena ilmu-ilmu itu saling membantu dan berkaitan. Ia juga berusaha untuk tidak membenci ilmu yang belum dapat ia kuasai karena kebodohannya, karena manusia (tabiatnya) memusuhi apa yang tidak diketahui olehnya.

6.Tidak sekaligus menekuni bermacam-macam cabang ilmu, melainkan memperhatika urutan-urutannya dan memulai dari cabang yang paling penting.

7. Hendaknya tidak memasuki sebuah cabang ilmu kecuali jika telah menguasai cabang ilmu sebelumnya -- karena ilmu-ilmu itu tersusun rapi secara berurut.

8. Hendaklah seorang penuntut ilmu mengetahui faktor penyebab yang dengan pengetahuan itu ia dapat mengetahui ilmu yang lebih mulia.

Kemuliaan suatu ilmu dilihat dari objek ilmunya. Dan sungguh, tidak ada yang lebih mulia daripada Allah swt. Maka, ilmu tentang Allah adalah ilmu yang paling mulia.

9. Hendaknya, tujuan penuntut ilmu di dunia ini adalah untuk menghias dan mempercantik batin dengan keutamaan, sedangkan di akhirat untuk mendekatkan diri kepada Allah

10. Hendaklah ia mengetahui nisbat (hubungan, pertalian) antara ilmu dan tujuan, yaitu mengutamakan yang tinggi dan dekat daripada yang jauh, juga mengutamakan yang penting daripada yang tidak penting. Intinya sih, kita harus bisa menggunakan skala prioritas yang dilihat dari segi tujuan.

Sekian, maafkan saya utk segala kekurangan dalam menuliskan ini semua.

No comments:

Post a Comment