Sunday 22 February 2015

Secarik Kertas Berjudul Masa Depan



Waktu lagi benahin barang-barang pribadi...
seperti biasa, saya pasti akan menemukan tulisan-tulisan ajaib.
Kenapa ajaib? Karena saya nggak inget pernah menuliskannya, eh tau-taunya ada.
Itu kebiasaan saya, curhat di kertas, taro sembarangan. Curhat di laptop simpen sembarangan.
Makanya, nggak heran kalo kemudian di tembok rumah saya ada coretan 4 angka yang sangat saya kenal: 2016.
Coretan yang bapak buat (mungkin) setelah membaca curhatan saya di kertas tentang 2016.

Kali ini penemuan saya adalah secarik kertas berjudul skema masa depan.

Saya membacanya kata demi kata. Sedih sesaat lalu tersenyum.
Ternyata... masa depan yang dulu hanya tulisan sudah menjadi kenyataan.
Alhamdulillah, meski ada beberapa rencana yang belum diwujudkan. In syaa Allah segera.

Tulisan itu aku tulis waktu kelas 3...


Sedihnya itu adalah ketika ternyata impian untuk kuliah di UNJ jurusan Bimbingan Konseling itu ternyata benar dikasih sama Allah.
Alhamdulillah, meski nggak aku ambil. Aneh sih sebenernya, jelas-jelas ini impian dari kelas 3, jelas-jelas jurusan itu pilihan pertama.
Ketika di terima, malah nggak di ambil. Nyeseknya itu, ketika daftar di Al-Manar, naek metromini 46 dan melewati begitu saja kampus impian itu.
Tapi... lucunya, dalam hati aku bilang, "UNJ mungkin bukan sekarang, tapi saya yakin, suatu hari nanti saya akan tetap memasuki kamu, mungkin sebagai dosen atau pembicara di acaramu. Iya, in syaa Allah begitu. Tunggu saja tanggal mainnya" *Senyum kecil di metromini.

Alasan aku masuk UNJ itu sebenernya untuk jadi guru. Alasan aku milih jurusan bimbingan konseling itu sebab aku ingiiiiin sekali bisa menjadi problem solver bagi orang lain. Aku pengen bisa bantu orang menyelesaikan permasalahan hidupnya. Aku pengen jadi penenang di saat tegang, penyenang di saat kesedihan berbayang. Aku ingin bermanfaat buat orang lain. Ternyata, tanpa harus masuk UNJ Bimbingan konseling, Allah sudah kabulkan semua alasan itu. Jadi guru Iya. Jadi tempat curhat orang banyak juga iya. Alhamdulillah. Saya benar-benar belajar, skenario Allah itu adalah skenario terbaik. Saya pun belajar, seringkali Allah mewujudkan apa yang kita harapkan bukan dengan cara yang kita inginkan, tapi dengan caraNya yang seringkali di luar pikir kita sebagai manusia biasa. Itulah, sesungguhnya, kita berdoa bukan untuk mendikte Allah. Bukan. Tapi sebagai bentuk penghambaan kita kepadaNya. Ungkapkan saja apa yang kita harapkan, maka biarkan Allah mewujudkan dengan caraNya. dengan skenario yang Dia buat dengan sempurna. Ah, percayalah... Allah itu baik dan akan selalu memberikan yang terbaik untuk hambaNya. Sungguh, tak pantas sedikitpun kita berburuk sangka kepadaNya.

Jalanilah hidupmu. Ketika hidup tak sesuai dengan yang kita mau, yakinilah kehidupan yang Allah mau itulah yang terbaik untukmu. Yang terbaik. Sungguh, yang terbaik.

:)

No comments:

Post a Comment