Di suatu waktu, aku pernah bertanya pada seseorang, "Dek, belakangan ini kamu banyak diam. Ada apa? Apa ruhiyahmu sedang menurun?"
Ia yang biasanya terlihat ceria dan penuh semangat, belakangan lunglai seakan tak punya gairah. Lama aku memperhatikannya, hingga akhirnya aku menanyakan hal itu kepadanya. Tapi jawaban dia, rupanya menghujam sampai ke palung jiwaku, meski itu terjadi 2 - 3 tahun yang lalu, tapi lintasan adegan juga kata-katanya terekam jelas dalam memori otakku. Dia bilang, "Ka, kita nggak bisa menilai ruhiyah seseorang........." Jleb!
Ohya, aku sok tahu. Mungkin, dia yang pernah berkata ini padaku akan membaca tulisan ini juga. Tak apa, aku tak malu belajar dari seorang adik, bahkan belajar dari seorang anak TK sekalipun. Buatku, kita bisa dapati ilmu, hikmah, pelajaran
dari siapapun juga. Dengan menjadi pendengar yang baik, kita bisa menyerap ilmu lebih banyak.
Lagi, di bulan Ramadhan.... *seseorang yang lain lagi*
Dimana dia? Kemana dia? Bukankah dulu dia adalah kakak yang sungguh memesona keshalihaannya...
Tapi kini dia menghilang. Jilbab yang dulu lebar dan tebal, berubah, jadi pendek dan tipis.
Status yang dulu penuh dengan kesejukan nasihat berubah jadi status-status galau tak tentu arah.
Aku sedih melihatnya. Tapi suatu bulan ramadhan, aku dipertemukan dengannya. Kita iftor jama'i bersama.
Kau tahu? Rupanya aku justru tertampar oleh apa yang kulihat diperbuat olehnya.
Saat kami shalat bersama, aku melihat ia sholat lagi seusai merampungkan sholat magribnya.
Shalat rawatib? Ya. Tiba-tiba, aku merasa butuh kaca. "Hei, yani! Lihat, orang yang kau anggap mengecewakan ternyata punya suatu amal yang itu belum engkau lakukan. Lihat! Dia masih menjalankan sunnah."
Rupanya, pemandangan itu yang akhirnya memotivasiku untuk menegakkan sunnah rawatib setiap hari.
Sungguh...
Aku belajar, untuk tidak sembarang mencap orang lagi.
Aku belajar, untuk tidak sok tahu menilai ruhiyah seseorang.
Aku belajar, untuk tidak merasa lebih baik dari orang lain.
Maka, ketika aku duduk sebagai seorang akhawat seorang diri di bangku kuliah, sementara teman-teman akhawat lainnya tak ada...
Aku tak akan biarkan pikir ini lancang menyimpulkan apalagi menjudge bahwa teman-temanku tak bisa istiqomah dll dsb...
Pun ketika seorang teman tak hadir liqo bahkan tanpa memberi kejelasan...
aku tak pernah izinkan pikir ini untuk berburuk sangka padanya...
Tidak. Sama sekali tidak.
Aku akan cari berbagai alasan baik untuk menafikan pikiran-pikiran buruk yang sesekali melintas.
Tak pernah ada jaminan bahwa aku lebih baik darinya.
Sungguh, tak ada itu.
Pun aku bisa datang dan belajar, aku bisa istiqomah sampai detik ini, tak lain dan tak bukan karena sebab Allah berbaik hati kepadaku.
Karena Allah masih mengizinkanku untuk meneguk manisnya hidayah ini, segarnya lautan ilmuNya ini...
Kalau bukan karena penjagaanNya, mungkin aku pun tergelincir.
Tapi, segala puji bagi Allah... padaNya kita harus senantiasa momohon, "Ya Allah istiqomahkan kami."
Ah, kawan, aku mencintaimu...
Disini aku selalu berbaik sangka padamu...
Hanya lirih kuucap doa, semoga Allah istiqomahkan kita...
Hingga kelak kita bersama menjejak surgaNya...
Ya, biar kuulang...
Aku mencintaimu.
Mencintaimu sahabatku.
Prasangka baik selalu untukmu :)
No comments:
Post a Comment