Pagi itu cerah. Secerah hatiku menyongsong hari yang cukup mendebarkan.
Hari itu aku hendak menjalankan sebuah tes yang orang-orang sebut "SBMPTN".
Ya, inilah penentuan masuk tidaknya aku ke Perguruan Tinggi Negeri.
Aku sudah sampai di lokasi ujian, pagi-pagi sekali.
Tidak langsung menuju kelas, aku duduk terlebih dahulu di sebuah bangku yang ada di lorong sekolah.
Membuka bekal makananku dan melahapnya.
Selesai makan, aku pun menuju kelas, menaiki anak tangga satu demi satu.
Di lantai tiga, ruang ujianku.
Kelas belum boleh dimasuki.
Aku pun duduk di lantai tanpa malu. Daripada pegal berdiri, batinku.
Akhirnya, yang lain pun mengikuti. Duh, ternyata yang lain gengsi ya.
Bel berbunyi. Ujian sesaat lagi di mulai.
Tes Potensi Akademik, itu yang pertama diujikan.
Kertas ujian pun dibagikan. Lembar LJK tak lupa diberikan.
Setelah itu, kami fokus mengerjakan.
Aku menatap sejenak kartu ujianku.
Memandang lekat nama Universitas itu dan jurusan yang ingin kutuju pada nomor urut satu.
"Oh, Allah, sesungguhnya Engkau tahu, aku menginginkannya sejak dulu."
Bismillah. Ku teliti soal satu demi satu.
Dari 75 soal, kalau tidak salah hanya kuisi 40/45.
Waktu mengerjakan soal pun usai.
Istirahat sejenak, lantas kembali masuk kelas untuk ujian kedua.
Kali ini, soal matematika, bahasa Indonesia, dan bahasa Inggris.
Ku isi semampuku.
Bel pulang, aku lunglai.
Merasa gagal.
HP lowbat. Yang rencana awalnya pulang bersama teman, berubah jadi pulang sendirian.
Di kopaja, pikiranku tak lepas dari soal-soal tadi. Lagi, Universitas itu, jurusan itu, terbayang.
Menari-nari di alam pikiran, seakan bilang, "selamat tinggal."
Aku cukup kalut. "Ya Allah......."
"Ya Allah, kalau aku tak di terima di universitas itu...bagaimana kelanjutan hidupku?"
Di tengah kegalauan yang mencabik-cabik ini.
Datang dua orang pengamen. Seorang perempuan dan seorang lagi laki-laki.
"Ketika kau tak sanggup melangkah. hilang arah dalam kesendirian.
Tiada mentari, bagai malam yang kelam, tiada tempat untuk berlabuh.
Bertahan terus berharap. ALLAH SELALU DI SISIMU.
IN SYAA ALLAH, IN SYAA ALLAH, IN SYAA ALLAH, ADA JALAN."
Aku percaya, tidak ada kebetulan di dunia ini.
Apapun yang terjadi, itu atas rencanaNya.
Pun...
Pengamen ini. Ia datang bukan sebab kebetulan.
Ia datang karena Allah yang merencanakannya.
Ya, rupanya, tanyaku langsung terjawab.
Terjawab lewat untaian lagu pengamen-pengamen ini.
Aku menangis di kopaja. Airmata itu menetes tanpa bisa ku tepis.
Rupanya aku lupa, aku lupa, bahwa Allah senantiasa disisiku.
Aku lupa, bahwa hidup ini tak kenal jalan buntu.
Hidup selalu menemukan jalan keluar. Ya, In Syaa Allah ada jalan :)
Ya Allah...
Allah memang paling tahu cara menghiburku.
20 Juni 2013.
Keesokan hari seusai SBMPTN (18-19 Juni), saat saya sedang bersiap-siap menuju kantor.
HPku berdering. Seorang teman, menyapa di ujung telepon sana.
Bertanya, "kamu mau jadi guru TK? Nanti dapet beasiswa kuliah sampai S1"
Aku pun langsung meminta pendapat mama. Mama setuju.
Hari itu juga, aku bergegas kesana. Dan di hari itu juga, aku mendapat seragam guru TK.
Kisah ini, sebenarnya tak selesai sampai disini.
Ada kisah yang belum bisa aku jelaskan disini.
Ada kisah-kisah yang lebih pelik dari ini.
Hingga sekarang, aku adalah seorang guru TK di TK IT Al-Huda juga seorang Mahasiswi di Sekolah Tinggi Ilmu Dakwah Al-Manar semester 2.
Dan aku bahagia.
*Kita memang tak pernah tahu hari esok.
Tapi, selama kita bersama Allah, seharusnya tak ada suatu hal apapun yang patut kita risaukan.
Percayalah....
"In syaa Allah, ada jalan."
Spesial untuk adik-adik yang hendak menghadapi SBMPTN.
Tataplah masa depan kalian dengan IMAN!
No comments:
Post a Comment