Secuil masa kecil yang tak pernah aku lupakan adalah saat dulu kami
-anak" kecil- beramai-ramai untuk memperebutkan hadiah. Dulu kami
berlomba-lomba untuk menghafal nama-nama presiden Indonesia dari yang
pertama sampai yang kelima. Menghafal ini, menghafal itu, belajar ini
dan itu untuk memperebutkan hadiah. Kami ikut cerdas cermat di rumah
teman kami. Ibu salah satu teman kami yang mengadakannya. Sebenarnya,
satu alasannya, ia ingin anaknya punya motivasi belajar. Daripada
bersama teman-temannya hanya main, main, dan main, maka sang ibu pun
sering mengundang kami untuk cerdas cermat. Kami senang sekali. Karena
suatu hadiah itu sangat menarik bagi seorang bocah, ya kan ? Ada jam,
ada kaos, ada banyak hadiah yang menanti untuk kami miliki. Sungguh,
indah dan tak pernah aku lupakan.
Dulu, tetanggaku yang lain juga sering mengadakan kompetisi bagi kami, anak-anak kecil. Kami harus lomba lari memutari RT kami untuk memperebutkan hadiah yang terbungkus oleh kertas koran. Ketika kami buka, isinya adalah chiki. ya, chiki. Anak kecil mana yang tidak senang chiki ? Sungguh, kami senang sekali. Dan itu tak pernah aku lupakan sampai detik ini.
Dulu, waktu masih kelas tiga sekolah dasar, guruku selalu mengadakan kuis tiap minggu, yang menang dapat uang Rp5000. Anak SD mana yang tidak tergiur dengan nominal sebesar itu (pada masa itu) ? Tentu, tiap hari itu akan tiba, aku belajar, benar-benar belajar, agar bisa angkat tangan dan jawab pertanyaan bu guru. Menyenangkan sekali.
Hidup masa kecil yang penuh dengan kompetisi :)
Hari ini..
apakah yang diperlombakan ? apa yang anak-anak kecil bicarakan saat mereka bersama ?
yang saya lihat, mereka berkumpul menonton DVD Cheribell kemudian bernyanyi bersama-sama..
tentang lagu-lagu cinta yang jauh dari batas kelayakan untuk di dengar seorang bocah usia Paud dan TK.
Ya Allah, mereka dewasa, terlampau dewasa sebelum waktunya. Kasihan sekali mereka.
Hari ini..
mereka sibuk dengan gadget mereka. sibuk dengan game online. sibuk dengan permainan permainan yang saya pikir menjadikan sifat anak kecil itu menjadi individualis. kasihan mereka, dididik sejak kecil hanya untuk memikirkan diri sendiri, jarang ada kebersamaannya.
Bahkan, mereka tidak tahu bagaimana bermain ampar ampar pisang, mereka tidak tahu permainan orang-orangan, saya pun tidak pernah lagi melihat anak-anak bermain tak jongkok dan tak umpet. Padahal dulu ? saya hampir setiap hari memainkannya. Kasihan mereka..
Padahal pada masa kanak-kanak itulah masa dimana pembentukan karakter sedang gencar-gencarnya.
Anak sedang mencari sikap, sikap yang dirasa pas untuk dirinya.
Aku berpikir, aku ingin menjadi sosok seperti Ibu temanku dulu. Yang menciptakan iklim kompetisi positif untuk anak-anak kecil. Ya, mungkin teman-teman yang membaca tulisanku ini juga berkenan untuk mewujudkan itu di lingkungan rumah kalian. Silakan. Jangan biarkan adik-adik manis itu tumbuh menjadi manusia individualis dan materialistis. Kasihan. Jangan biarkan ia jadi korban glamournya dunia ini.
Dulu, tetanggaku yang lain juga sering mengadakan kompetisi bagi kami, anak-anak kecil. Kami harus lomba lari memutari RT kami untuk memperebutkan hadiah yang terbungkus oleh kertas koran. Ketika kami buka, isinya adalah chiki. ya, chiki. Anak kecil mana yang tidak senang chiki ? Sungguh, kami senang sekali. Dan itu tak pernah aku lupakan sampai detik ini.
Dulu, waktu masih kelas tiga sekolah dasar, guruku selalu mengadakan kuis tiap minggu, yang menang dapat uang Rp5000. Anak SD mana yang tidak tergiur dengan nominal sebesar itu (pada masa itu) ? Tentu, tiap hari itu akan tiba, aku belajar, benar-benar belajar, agar bisa angkat tangan dan jawab pertanyaan bu guru. Menyenangkan sekali.
Hidup masa kecil yang penuh dengan kompetisi :)
Hari ini..
apakah yang diperlombakan ? apa yang anak-anak kecil bicarakan saat mereka bersama ?
yang saya lihat, mereka berkumpul menonton DVD Cheribell kemudian bernyanyi bersama-sama..
tentang lagu-lagu cinta yang jauh dari batas kelayakan untuk di dengar seorang bocah usia Paud dan TK.
Ya Allah, mereka dewasa, terlampau dewasa sebelum waktunya. Kasihan sekali mereka.
Hari ini..
mereka sibuk dengan gadget mereka. sibuk dengan game online. sibuk dengan permainan permainan yang saya pikir menjadikan sifat anak kecil itu menjadi individualis. kasihan mereka, dididik sejak kecil hanya untuk memikirkan diri sendiri, jarang ada kebersamaannya.
Bahkan, mereka tidak tahu bagaimana bermain ampar ampar pisang, mereka tidak tahu permainan orang-orangan, saya pun tidak pernah lagi melihat anak-anak bermain tak jongkok dan tak umpet. Padahal dulu ? saya hampir setiap hari memainkannya. Kasihan mereka..
Padahal pada masa kanak-kanak itulah masa dimana pembentukan karakter sedang gencar-gencarnya.
Anak sedang mencari sikap, sikap yang dirasa pas untuk dirinya.
Aku berpikir, aku ingin menjadi sosok seperti Ibu temanku dulu. Yang menciptakan iklim kompetisi positif untuk anak-anak kecil. Ya, mungkin teman-teman yang membaca tulisanku ini juga berkenan untuk mewujudkan itu di lingkungan rumah kalian. Silakan. Jangan biarkan adik-adik manis itu tumbuh menjadi manusia individualis dan materialistis. Kasihan. Jangan biarkan ia jadi korban glamournya dunia ini.
No comments:
Post a Comment