Monday, 15 October 2012

Penggalangan Dana Online dengan Marimembantu.org


“hari ini mungkin kita tengah bosan dengan makanan rumah yang itu-itu saja, lantas pergi keluar untuk makan KFC, Hokben, MCd, AW, Bakmi GM, Bebek Kaleyo yang harganya merogoh kocek lebih dalam. Kita seakan lupa bahwa di luar sana, ada orang yang untuk makan makanan rumah saja susah, untuk sesuap nasi saja harus bekerja mati-matian, bahkan untuk merasakan nikmatnya nasi hangat saja tidak mampu. Betapa kufur nikmatnya kita..”

“hari ini mungkin kita masih saja menyisakan nasi di piring saat makan, ya mungkin memang hanya beberapa suap saja. Dengan mudahnya kita berkata, ‘aku sudah kenyang’ lalu membiarkan nasi kita itu terbuang. Seakan kita lupa bahwa di luar sana ada orang yang meringis kelaparan karena tak mampu mengisi perutnya walau hanya sesuap. Bahkan banyak bayi mungil yang harus menderita busung lapar. Sedang kita ? Seakan merasa tak bersalah saat tak menghabiskan makanan kita. Mungkin kita pikir, harga nasi itu mudah untuk di beli. Betapa tak tahu bersyukurnya kita..”
Segelintir kisah, dari pinggiran kota metropolitan.

Kampung Sawah, Cilincing – Jakarta Utara

Kisah ini terjadi sekitar satu setengah tahun yang lalu. Di sebuah perkampungan kumuh dengan mayoritas pekerjaan penduduknya adalah pemulung. Aku mendengar kisah ini saat aku berkunjung kesana untuk melakukan Bakti Sosial bersama teman-teman. Di tempat ini memang begitu banyak menyimpan kisah yang memilukan. Kak Tia, salah satu guru BIMTA disana mengisahkan tentang seorang santri yang meninggal karena kelaparan. sebelumnya maaf, aku lupa nama santri itu. Jadi, kita sebut saja almarhumah dengan nama ‘Fulanah’. Dik fulanah ini berumur sekitar 8 tahun. Ia seorang yatim. Ia sakit demam kala itu. Fulanah kelaparan, lantas ia meminta makan pada ibunya. Lantaran sang Ibu tak memiliki sesuap nasi sedikit pun, Ibu kemudian mendatangi beberapa tetangganya untuk meminta makanan. Namun, seperti yang ku katakan sebelumnya, mayoritas penduduk disana hanya bekerja sebagai pemulung, jadi para tetangga fulanah pun tak memiliki makanan lebih yang dapat diberikan. Karena tak tega melihat Fulanah yang begitu kelaparan, akhirnya sang Ibu memutuskan untuk mengorek sampah, mencari sisa makanan yang dibuang. Setelah menemukan sebungkus nasi bekas, ibu pulang dan membersihkan nasi tersebut dengan mencampurkannya sedikit air hangat. Tampak seperti bubur. Kemudian Ibu suapi makanan itu ke mulut Fulanah. Sesuap demi sesuap. Tak lama berselang, dalam hitungan hari yang tak panjang, Fulanah meninggal. 
                 
                Sobat, usia mereka masih muda belia. Tapi derita mereka tiada tara. Penderitaan yang semestinya tidak dirasakan oleh bocah polos seperti mereka. Sewaktu saya dan teman-teman mengadakan baksos disana sekitar pukul 9 pagi, mereka sama sekali belum makan. Mereka bisa makan sehari sekali saja sudah bersyukur. Bagaimana dengan kita ? Astagfirullah.
           
           Sobat, sekarang kalau kita ingin membantu itu tidak sulit. Sudah begitu banyak lembaga yang berkenan menyalurkan sedekah kita untuk saudara-saudara kita yang kurang beruntung. Lebih mudahnya lagi, kita bisa menyalurkan bantuan itu via online, seperti Lembaga Zakat Dompet Dhuafa. Segalanya telah dipermudah, kalau kita memang memiliki niat yang kuat untuk membantu saudara kita, kita pasti tidak beralasan lagi untuk tidak melakukannya.

             Mungkin kita sering berjam-jam di depan laptop, BB, Tablet untuk ber-internet-an ria, bahkan sampai kehabisan ide ingin buka situs apalagi. Cobalah, sejenak saja..buka situs yang menyediakan layanan sedekah online. Bacalah keadaan saudara kita yang papa. Kalau kita tak punya cukup uang untuk bantu mereka, setidaknya kita punya mulut untuk bicara, mengajak teman-teman untuk bersedekah disana. setidaknya kita ikut andil untuk men-share situs itu di berbagai jaring sosial yang kita miliki. Mungkin sepele bagi kita, tapi begitu bermakna untuk mereka. Sebagai channel dariku, mudah sedekah secara online dengan Marimembantu.org. Selamat bersedekah !

“kebahagiaan itu akan sempurna ketika kebahagiaan itu kita sematkan pada orang lain..
Ya, membahagiakan orang lain adalah kebahagiaan yang sempurna. Kebahagiaan itu menjadi wujud, mampu kita lihat dengan mata..
Ya, melihat senyumnya. Melihat tawanya. Melihat keceriaan di wajahnya.



No comments:

Post a Comment