Wednesday 4 March 2015

Aku Tidak Tidur Mas


Sore itu...
Di tengah kendaraan motor yang terus kau pacu.
Aku bersandar di punggungmu.

"aku tidur ya mas"

Biasanya kamu akan bilang, "jangan deee, bahaya." Tapi kali ini kamu mengizinkanku.
Aku peluk erat tubuhmu. Hangat, nyaman.

Ah, mas...
Aku tidak bisa tidur.
Hembusan angin yang menyapu lembut wajahku, membawa aku pada sejumlah ingatan tentang kita.
Tentang aku dan kamu. Terajut semua kisah sejak akhir Juli lalu datang biodata dari murobbiyahku yang bertuliskan namamu. Sebuah nama yang tidak membuatku terkejut saat membacanya, sebab aku tahu... kamu akan datang. Entahlah, mengapa seberani itu aku menyebut namamu dalam doaku. Memohon pada Allah apabila kamu adalah jodohku, maka berikan keberanian dalam dirimu untuk memintaku. Harapan yang sempat pupus saat tahu kamu ingin lanjut S2 terlebih dulu baru menikah. Ah, tapi Allah memang Maha membolak-balikan hati. Benar sudah, kamu berani untuk memintaku melalui murobbi.

Malam sebelum datangnya biodata darimu...

Pukul sebelas aku menulis sebuah catatan kecil berupa curahan hati dan doa,

"Allah... aku mau nikah, mau banget nikah. Tolong ya Allah, datangkanlah dia ya Allah."

Tepat. Sungguh, Allah Maha Mendengar doa. Dalam hitungan jam, kurang lebih pukul 6 pagi.
Murobbiyahku menghubungi aku dan menyatakan bahwa ada seorang laki-laki yang berniat baik padaku.

Hitungan jam, dia benar-benar Allah datangkan.

Itulah yang membuat aku semakin yakin, mungkin memang kamu... laki-laki yang Allah persiapkan untuk aku.

Enam bulan berjalan...
25 Januari 2015 lalu, akhirnya aku resmi menjadi istrimu.

Mas...
Aku tidak tidur.
Aku menangis haru dibalik punggungmu.
Tetes demi tetes airmata yang tak bisa aku bendung, basahi jaketmu.

Aku menangis bahagia...
Sebab ternyata Allah memilihkan untukku imam sebaik kamu.
Pantaskah aku?

Kamu bilang bahwa aku mutiara dan kamu batu koral.
Sungguh, itu salah, Mas. Terbalik.

Justru aku yang seharusnya mengatakan...
"Mas, aku hanya batu koral dan kamu adalah mutiara."

Begitu banyak kebaikan yang kamu ajarkan padaku, Mas.
Bersamamu, menyadarkan aku...
Ternyata aku memang jauh... jauh sekali dari kata sempurna.
Padamu aku cemburu, Mas. Cemburu dengan kedekatanmu kepadaNya.
Padamu aku cemburu, Mas. Cemburu melihat ketaatanmu kepadaNya.
Aku ingin sepertimu. Sedang aku hanya seorang akhwat yang masih belajar untuk menjadi hamba yang bertakwa. Menjadi istri yang sholeha.

Pantaskah aku bersanding denganmu?

Aku cemburu pada bidadari surga...
Sebab kelak mereka akan bersanding denganmu (semoga kamu masuk surga, Mas. In syaa Allah, Aamiin)
Bagaimana kabarnya dengan aku, Mas?

Bolehkah aku meminta ya Robb...
Satukan aku lagi dengannya di SurgaMU...
Jadikan aku istrinya lagi di surga...
Aku ingin... Aku ingin menjadi istrinya di dunia dan di akhirat.
Aku ingin mendampinginya sampai di surga.
Duduk bersama di permadani-permadani sambil memandang wajahMu ya Robb...
Kabulkan ya Robb.

Menuliskan ini, menetes lagi airmata di pipi.
Sungguh, doa ini terlahir dari hati yang paling dalam, dengan kesadaran penuh.
Bahwa aku ingin, wahai suamiku....

Aku ingin cinta kita terajut sampai ke surga

Agar kekal abadi, selama-lamanya.

2 comments:

  1. Kalau lo batu koral, gue apaan ngai??? -_-
    Lo yang begitu solehah di mata gue aja, menganggap diri lo sebagai batu koral.
    Berarti gue hanya butiran debu di jalan beraspal, yang setiap hari terinjak-injak.
    -___________________-

    ReplyDelete