Dengan alasan apalagi saya boleh mengeluh ?
Dengan alasan apalagi saya boleh mengeluh ?
Rasa-rasanya, bener-bener gak tahu malu sama Allah kalo hari gini masih aja jadi tukang ngeluh..
Sore tadi, sepulang PKL..
saya naik angkot 31, karena angkot 32 penuh.
saya duduk di kursi yang 6 (kan ada 4 ada 6, ngerti?)
Tepat di depan saya ada seorang ibu..
Baru saja saya duduk, tiba-tiba saya di kejutkan oleh pemandangan yang
ada di hadapan saya. Ibu itu, Ibu itu mendadak kejang pada bagian kiri
badannya. tangannya kanannya semaksimal mungkin menghentikan tangan
kirinya yang kejang dgn cara memeganginya. setelah itu ia sedikit demi
sedikit berusaha menggeser kaki kirinya dgn tangan kanan. mulutnya
meringis kesakitan. sepertinya sakiiit sekali. saya bungkam, masih
terlalu shock dengan apa yang saya lihat.
ketika sudah agak
tenang, tak lama berselang naik satu penumpang yang duduk di samping ibu
itu, "Bruk"..menyenggol agak keras tubuh bagian kiri ibu itu. lagi lagi
adegan itu kembali terulang. Ibu itu meringis kesakitan. saya tidak
tahan, lantas keluarlah pertanyaan dari mulut saya : "kenapa buu?"
Di sinilah si Ibu mulai berkisah.
"Sakiiit." itu awal kalimatnya..
Tapi yang saya dengar setelah itu adalah kalimat "alhamdulillah"
"alhamdulillah, saya sudah bisa berjalan dan berbicara lagi.padahal
sudah 3 tahun saya tidak bisa menggerakkan tubuh bagian kiri saya. ini
juga baru bisa bicara kembali. alhamdulillah, kebesaran Allah."
*ini jleb moment bagi saya..
Kalimat hamdalah, kebesaran Allah, masih terucap dari mulutnya.
Panjang ia berkisah, berawal dari ketidakteraturan haidnya, hingga
kemudian di vonis menderita kanker rahim stadium 4. Kini rahimnya sudah
di angkat, namun setelah sadar dari operasi, tubuh bagian kirinya kaku,
tak bisa di gerakkan.
Suaminya menikah lagi.
Kini ia tinggal di rumah Allah, masjid masjid ia datangi..
ia sholat hingga tidur di masjid. tapi, tidak semua masjid mau menerimanya untuk bermalam disana.
Pikir saya dlm hati, lantas apa yang ibu ini masih miliki ya Robb ??
Ibu itu berkata :
"saya cuma punya Allooh, saya cuma punya Allooh."
*Astagfirullah, betapa saya sadar "saya gak panteees buat ngeluh. Maluu
sama Allooh. Orang yang ujiannya sudah sampai seperti ini saja masih
mengucapkan hamdalam. lah saya ? secuil penderitaan menutup mata saya
dari segudang kebahagiaan yang jelas-jelas saya nikmati setiap hari."
No comments:
Post a Comment