Sunday, 5 December 2010

Hamzah bin Abdul Muthalib (Singa Allah dan Rosul)

Hamzah bin Abdul Muthalib adalah saudara sesusuan Rosulullah yang juga pamannya. Jarak usia kedua Hamzah tidak jauh dengan Rosulullah yakni sekitar 2 tahun lebih tua dari Nabi Saw. Nama lengkapnya adalah Hamzah Abu ‘Amaarah bin ‘abdul Muthalib bin Hasyim bin ‘abdi Manaaf al Quraisy al Haasyimi, Ibunya bernama Halah binti Wuhaib bin abdu manaf bin Zuhrah. Dari jalur sang ibu Hamzah juga masih terbilang kerabat dekat Rosulullah. Mereka berdua adalah teman sepermainan semenjak kecil, sehingga Hamzah termasuk orang yang sangat dekat dan mengenal kepribadian Rosulullah Saw.
Hamzah adalah seorang yang perkasa, kuat dan sangat berani. Dia mempunyai kesukaan berburu dan menjadi pemburu rusa yang sangat handal. Hamzah juga sebagai seorang penunggang kuda yang cekatan, ahli pedang, dan bela diri yang cukup disegani dan ditakuti di Makkah. Selain itu Hamzah juga dikenal dengan manusia padang pasir yang lebih suka menyendiri.
Keberanian Hamzah sangat diakui oleh siapapun bahkan oleh para pembesar Quraisy. Dia juga dikenal sebagai seorang berfikiran cerdas dan keras, sehingga dia sangat melindungi Nabi Saw. Meski dia tidak langsung menerima ajakan Rosulullah Saw untuk merubah keyakinan mengikuti ajaran Allah, tetapi dia tidak rela jika Nabi Saw diperlakukan secara tidak baik oleh orang-orang kafir Quraisy.
Ada satu kisah tentang keberanian Hamzah bin Abdul Muthalib, saat itu dia sedang berburu rusa, Hamzah mendengar suara keributan dari arah kemahnya, ternyata seekor singa sedang memasuki kemahnya, dengan sigap dia meletakkan hasil buruannya dan kemudian menghadapi singa tersebut sendirian. Setelah berhasil menaklukkan singa tersebut, Hamzah menguliti kulit singa itu dan kemudian meletakkannya diatas pelana kudanya. Orang-orang Makkah yang melihat kulit singa diatas pelana kudanya sudah sangat faham akan keberanian Hamzah. Sehingga tidak mengherankan jika banyak orang yang gentar jika berhadapan dengannya.
Masuknya Hamzah bin Abdul Muthalib ke dalam Islam, dimulai ketika Abu Jahal mencaci maki Muhammad Saw. Pada saat itu sebenarnya Hamzah tidak mengetahui peristiwa tersebut secara langsung, karena Hamzah sedang berburu rusa. Seperti biasanya sekembalinya dari berburu, Hamzah langsung menuju ka’bah untuk melakukan thawwaf sebelum kembali pulang kerumahnya. Kebetulan ketika peristiwa pelampiasan amarah Abu Jahal kepada Muhammad Saw terjadi, seorang budak perempuan yang bernama Jud’an bin Amir mengetahui kejadian tersebut. Begitu melihat Hamzah datang dengan busurnya menuju Ka’bah, budak perempuan itu menghampiri Hamzah dan menceritakan peristiwa yang terjadi antara Abu Jahal dan Muhammad. Mendengar cerita dari seorang budak perempuan itu, dengan segenap amarah dan tanpa berlama-lama Hamzah langsung menemui Abu Jahal dan berniat untuk menghajar dan memberi pelajaran kepada Abu Jahal. Kebetulan Abu Jahal sedang berada di dalam masjid yang tidak jauh dari ka’bah karena pada saat setelah peristiwa tersebut dia langsung mengadakan pertemuan dengan para pembesar Quraisy lainnya. Dengan berani Hamzah menantang Abu Jahal dan berkata:”Kenapa Kamu cela dan kamu maki Muhammad saw, padahal aku telah menganut agamanya dan mengatakan apa yang dikatakannya..?Nah, cobalah ulangi kembali makianmu itu kepadaku jika kamu berani!”. Tidak hanya menantang Abu Jahal, Hamzah juga langsung memukulkan busurnya ke kepala Abu Jahal, sehingga darah segar pun mengucur. Tak hanya itu, ia pun memukul tubuh Abu Jahal hingga babak belur dan tersungkur. Hamzah tetap berdiri dengan gagah berani di hadapan petinggi Quraiys itu.
Pada saat Abu Jahal tersungkur, orang-orang dari suku Makhzumah ingin menolongnya. Namun dicegah Hamzah, mereka pun kembali duduk. Demikian pula para petinggi Quraiys, semula mereka akan menolong Abu Jahal dan menentang Hamzah atas perlakuannya terhadap Abu Jahal. Namun mereka pun rupanya takut dan akhirnya kembali duduk di masjid. Beberapa saat kemudian ia menendang debu ke arah muka para petinggi Quraiys itu, dan meninggalkan tempat itu.
Peristiwa tersebut membekas di hati Hamzah hingga sampai rumahnya, dalam keadaan marah Hamzah merenungkan bagaimana sebaiknya orang seperti dirinya, apakah harus meninggalkan kepercayaan yang telah dipegang oleh nenek moyangnya selama berpuluh-puluh tahun dan mengikuti agama baru yang belum dia ketahui secara mendalam asal usulnya. Tetapi dalam hatinya dia mengakui keluhuran sikap dan kemuliaan keponakannya Muhammad, dan dia tidak rela jika keponakannya tersebut diperlakukan secara sewenang-wenang.
Ditengah-tengah kebimbangan tersebut, Hamzah pergi mendatangi ka’bah dan bermunajat untuk memantapkan hati dan menemukan kebenaran. Kemudian Allah membukakan hatinya untuk menerima ajaran Allah dengan segala keyakinan dan tanpa keraguan sedikitpun di dalamnya. Setelah itu masuklah Hamzah kedalam Islam.
Masuknya Hamzah ke dalam Islam menambah kekuatan barisan umat muslim. Dia selalu siap dengan gagah berani membela Rosulullah. Dia selalu menjadi pelindung Rosullah dan berada di belakang beliau dimanapun berada. Sehingga Rosulullah memberinya gelar Asad Allah wa Asad Rosulih (Singa Allah dan Rosulnya).
Hamzah memang menjadi ksatria muslim yang handal, dia juga sangat aktif dalam peperangan melawan kaum musyrikin. Dalam perang badar, pedang hamzah banyak menghabiskan nyawa kaum kafir, bahkan seorang petinggi Quraisy juga ikut binasa karena kelihaiannya. Dalam perang tersebut Hamzah memegang dua pedang dan berada disamping Rosulullah Saw. Pada perang badar ini pasukan muslim akhirnya memenangkan peperangan dengan sangat gemilang. Kemenangan tersebut tidak lepas dari peran Hamzah bin Abdul Muthalib yang tampil dengan sangat berani dan memperlihatkan kecapakannya dalam berperang dengan luar biasa.Kaum kafir juga mundur teratur melihat banyaknya korban yang jatuh. Keberadaan Hamzah menjadi pertimbangan tersendiri di kalangan kaum kafir, sehingga timbul dendam yang sangat dalam terhadap Hamzah di hati mereka. Mereka pun berjanji akan membinasakan Hamzah pada perang-perang selanjutnya.
Kurang lebih setahun setalah perang Badar, terjadi kembali peperangan antara kaum muslimin dengan kaum kafir di bukit Uhud. Perang inilah yang kemudian menewaskan salah satu sahabat dan paman Nabi Hamzah bin Abdul Muthalib.
Dalam perang ini, pasukan muslimin berjumlah 700 orang yang dipimpin langsung oleh Rosulullah Saw, sedangkan tentara kafir berjumlah 3000 orang. Meski dengan jumlah yang sangat tidak seimbang, tetapi dengan strategi yang baik, hampir saja pasukan muslim memenangkan peperangan. Dari awal Nabi telah menyiapkan strategi dalam sebuah formasi yang kompak. Pada sayap kanan Nabi meletakkan tentara di bawah bukit Uhud, sementara di sayap kiri Nabi juga meletakkan tentara di kaki bukit Ainain. Pasukan muslim yang berada di sayap kanan aman karena terlindungi oleh bukit Uhud, sebaliknya pasukan muslim yang berada pada sayap kiri mempunyai potensi yang berbahaya, karena musuh bisa menyerang melalui jalur belakang melalui bukit Ainain. Untuk mengantisipasi hal tersebut Nabi Saw memasang 50 pemanah di Ainain dibawah pimpinan Abdullah bin Jubair. Dengan jelas dan tegas Nabi Saw memerintahkan untuk selalu menggunakan anak panah, dan jangan sekali-kali meninggalkan bukit meskipun dalam kondisi telah menang ataupun kalah.
Akan tetapi para pemanah tersebut ternyata tidak mengindahkan perintah Nabi dan meninggalkan Ainain sebelum selesai perang. Hal inilah yang menyebabkan kekalahan kaum muslimin dalam perang Uhud.
Dalam perang Uhud ini Hamzah bin Abdul Muthalib juga menjadi target utama kaum kafir setelah Rosulullah, hal ini dikarenakan apa yang telah dilakukan oleh Hamzah pada perang sebelumnya (perang Badar). Hamzah sendiri meninggal di tangan seorang budak Habsyi yang bernama Wahsyi. Wahsyi sendiri membunuh Hamzah karena diperintah oleh majikannya Jubair bin Muth’im. Hal ini disebabkan dendam  Jubair bin Muth’im kepada Hamzah setelah pamannya  Thu’aimah bin Adiy (salah satu pembesar kafir Quraisy) tewas di tangan Hamzah pada perang Badar. Sang majikan Thu’aimah menjanjikan akan memerdekakannya, jika dia berhasil membunuh Hamzah. Mendengar tawaran tersebut, tentu saja Wahsyi tergiur dan menerima tawaran untuk membunuh Hamzah.
Peristiwa pembunuhan tersebut terjadi dikisahkan sendiri oleh Wahsyi setelah menjadi seorang muslim. Ketika tentara Quraisy  keluar ke bukit Uhud, Wahsyi yang sangat mahir dalam melempar pisau ikut keluar bersama mereka. Di medan perang tersebut, mata Wahsyi selalu mencari –cari sosok Hamzah, hingga diantara orang-orang yang sedang bertarung tersebut matanya tertuju pada seorang yang mengamuk laksana seekor onta yang sedang mengamuk dan terus memukul dengan pedangnya terhadap segala apa yang datang menyerangnya, tiada seorang pun yang dapat melawannya. Dialah sosok Hamzah bin Abdul Muthalib yang sedang di cari-cari dan menjadi target utama  Wahsyi.
Kemudian Wahsyi bersembunyi di balik batu besar, sambil terus memperhatikan Hamzah dan mempersiapkan pisau beracunnya, dia mencoba untuk mencari waktu yang tepat. Saat itu tiba-tiba Sibak bin Abdul Uzza datang menyerangnya. Begitu Hamzah melihat Sibak datang kepadanya, dia langsung menyabetnya dengan sekali sabetan pedang kepalanya berguling ke atas tanah. Bertepatan dengan peristiwa itu, Wahsyi melemparkan pisaunya ke arah Hamzah dan tepat mengenai bawah perut dan menembus bawah selangkangnya. Mendapati sebuah pisau tertancap di bawah perutnya, Hamzah kemudian berbalik dan mencoba untuk melawan, tetapi dia sudah terlanjur tidak berdaya dan akhirnya tewas sebagai seorang syahid’. Melihat jasad Hamzah yang tergeletak di atas tanah, Hindun binti ‘Utbah yang ayahnya terbunuh oleh Hamzah pada perang Badar datang membelah perut Hamzah dan mengeluarkan hatinya, kemudian memakannya dan memuntahkan kembali.
Melihat Hamzah terbunuh dengan kondisi yang telah tercincang, Rosulullah merasakan kedukaan yang mendalam sehingga beliau meneteskan air mata, Rosulullah melihatnya sebagai korban kebiadaban. Dia meninggal pada tahun ketiga Hijriyah dan Rosulullah menyebutnya sebagai “sayyidus syhada”. Kemudian jasad Hamzah dimakamkan dalam satu liang lahat dengan ‘Abdullah bin Jahsy.
Setelah peristiwa pembunuhan tersebut,  akhirnya Wahsyipun sang budak dari Habsyi dimerdekakan oleh majikannya. Tidak lama setelah peristiwa tersebut Wahsyi akhirnya masuk ke dalam Islam. Sebagai tebusan dari rasa bersalahnya karena telah membunuh Hamzah bin Abdul Muthalib, Wahsyi membunuh Musailamah al-Kadzab yang pasca wafatnya Nabi Saw mengaku sebagai Nabi pengganti Muhammad Saw.
Begitulah kisah hidup Hamzah bin Abdul Muthalib (sang singa Allah), seorang yang terkenal dengan keberaniannya sehingga dengan tewasnya Hamzah Rosulullah telah kehilangan seorang pelindungnya dan kaum muslimin kehilangan sebagian kekuatannya[1].


[1] http://rumahhibban.multiply.com/journal/item/16/Syuhada_Uhud_Hamzah_bin_Abdul_Muthalib, http://sahabatrasul.blogspot.com/2009/03/hamzah-bin-abdul-muthalib.html, http://haulasyiah.wordpress.com/2008/05/28/hamzah-bin-abdul-mutalib-wafat-3-h/,http://hannyks.multiply.com/journal/item/16/HAMZAH_bin_ABDUL_MUTTHALIB, http://sadeng-online.blogspot.com/2009/05/wahsy-sang-pembunuh-hamzah-bin-abdul.html 

No comments:

Post a Comment